o

Arti Dapur Menurut Kebudayaan Melayu

Arti Dapur Menurut Kebudayaan Melayu, Orang Melayu yang mendiami kampung-kampung sepanjang Sungai Kuantan dan Kampar mempunyai tradisi: “Pemuda tidur di sursu, orang tua tidur didapur”. Menurut UU Hamidy (1981 : 55), penulis dan peneliti kebudayaan Melayu dari UNRI, tradisi itu dapat dipandang sebagai alat penegndalian sosial. Dipandang dari segi itu, maka dapur bagi masyarakat  Kuantan  mempunyai arti sebagai sarana pengendalian yang bertujuan membatasi tingkah laku sosial anggota masyarakat.

Menurut tradisi Kuantan, bila seorang anak laki-laki sudah berkhitan , dia dipandang sudah mulai memasuki dunia orang dewasa. Oleh karena itu pergaulannya dengan kerabatnya yang perempuan mulai dibatasi. Sejak itu  tempat tidurnya tidak lagi dirumah ibunya, melainkan disurau. Disurau dia tidur bersama-sama dengan temannya yang sebaya.

Lelaki yang mulai dewasa itu hanya pulang untuk keperluan yang penting-penting saja, seperti makan dan enukar pakaian. Kalau dia pulang kerumah, selalu lewat dapur, jarang yang masuk kerumah induk, sebab menjadi malu baginya memasuki ruangan  di mana saudara perempuannya tinggal. Rumah menurut adat orang Kuantan adalah milik kaum perempuan.

Sementara itu dapur juga menjadi lambang “dunia orang tua”. Orang yang sudah merasa dirinya tua (biasanya setelah mempunyaii menantu) akan pindah tidur ke dapur. Segala kegiatannya sehari-hari berpusat didapur. Keadaan seperti ini dapat pula dipandang sebagai manifestasi dari pada kesadaran dan keinginan untun menjatuhkan diri dari kehidupan yang bersifat duniawi, dan mendekatkan diri pada  kehidupan yang ukhrawi. Di dapur inilah pada malam  hari orang-orag tua mengadakan wirid pengajian guna memperdalam dan menyempurnakan amalan agama mereka, yaitu Isalm.

Pemisah dapur dari rumah demikian seakan menjadi perlambangan pemisahan kehidupan masa muda (yang bersifat duniawai) dengan kehidupan hari tua.Bila orang sudah pindah tidur kedapur, maka ia selau  akan ingat bahwa “Hidup Akan Mati”. Kehidupan orang yang mulai pidah tidur ke dapur ini karena itu dapat dianggap sikap hidup  orang yang matang, tidak mementingkan keduniawian semata-mata, tetapi telah diimbangi oleh kesadarannya untuk beramal sesuai dengan agamanya untuk kehidupan akhirat. Sikap orang yang sudah punya kesadaran demikian terwujud dalam  ungkapan: “Orang itu sudah hidup mendapur”.

Walaupun orang sudah hidup mendapur, itu bukan berarti mereka sudah terkucil (terbuang). Pemimpin rumah tangga tetap berada ditangan orang tua, justru ketika itu mereka telah dianggap matang. Rumah yang dianggap sebagai “dunia orang muda” mendapat pengendalian atau pimpinan dari dunia  dapur atau “dunia orang tua” yang sudah  berada di puncak kematangannya.

Kalau rumah dipakai untuk kegiatan-kegiatan upacara adat dan daur hidup, maka kegiatan didapur menjadi pusat kegiatan sehari-hari, mempunyai arti ekonomi pula. Di tempat iniorang tua-tua seperti nenek dan kakek melakukan pekerjaan rumahnya seperti menganyamtikar, menyalin luka, menyirat jala memasak nira menjadi gula, untuk kemudian dijual untuk keperlauan hidup sehari-hari.

 Karena dapur menjadi pusat kehidupan rumah tangga , maka karena itu dapur dapat pula dijadikan identitas suatu kluarga. Yang boleh masuk kedapur biasanya hanya orang-orang yang dianggap kerabat dekat dengan keluarga. Bila ada tamu, mereka biasaya diterima di “ruang-tepi” (istilah orang Pangean untuk beranda) dirumah induk.

Bagi masyarakat Melayu Riau yang menganut sistem patriatchat seperti di Bengkalis, dan kepulauan Riau, tradisi seperti tersebut diatas  tidak ada. Dapur semata-mata mereka anggap sebagai tempat kotor.(Terbukti dari anggapan,”sembahyang kalau dapat jangan didapur) dapur hnya diperuntuk sebagaitempat memasak, ruang makan keluarga, tempat meletakkan  barang-barang sehari-hari, tempat beristirahat dan berkumpul. Dapur tidak boleh dijadikan sebagi tempat tidur.

Untuk kegiatan ekonomi rumah tangga, seperti menganyam, menyirat jala dan lain lain, mereka tidak mempergunakan dapur, melainkan ruang tegah rumah, atau tempat diluar rumah yang dibuat khusus untuk itu. Kalau akan mempergunakan dapur juga, maka dapur yang dipergunakan adalah dapur yang terpisah dari rumah, seperti yang terdapat pada masyarakat Moro, Kundur dan Karimun.

Sumber :  Dapur Dan Alat-alat Memasak Tradisional Daerah Riau

ADD COMMENT